Selasa, 06 November 2007

Jean-Paul Satre Menolak Penghargaan Nobel.

Pikiran Rakyat, 07 Nopember 2007

Dia tetap menpertahankan prinsipnya.

Jean-Paul Sartre Menolak Penghargaan Nobel
HADIAH Nobel tidak selalu dianggap sebagai
penghargaan yang harus diterima. Seperti yang dilakukan filsuf dan
sastrawan Prancis Jean-Paul Sartre, yang menolak Nobel Sastra yang
dianugerahkan kepadanya 1964.

Sartre menganggap dengan menerima penghargaan,
seorang penulis akan mengubah dirinya menjadi suatu lembaga,
walaupun yang diberikan adalah penghargaan yang sangat terhormat.

"Jika saya membubuhkan tanda tangan Jean-Paul
Sartre
akan berbeda dengan Jean-Paul Sartre, Pemenang hadiah nobel.
Seorang penulis harus menolak untuk membiarkan dirinya berubah
menjadi lembaga," kata Sartre.

Kenyataannya, tanpa nobel pun Sartre tetap
dikenang sebagai salah seorang filsuf paling penting di abad 20.
Sebagai filsuf, Sartre tidak diam di dalam kesunyian ruang. Dia
tetaplah seorang manusia sederhana yang memiliki sedikit keinginan.
Dia juga aktif berpolitik dan terlibat dalam banyak gerakan politik.

Seperti ditulis di nobelprize.org dan
en.wikipedia. org, keterlibatan Sartre di dalam politik dimulai 1940-
an. Awalnya dia menganut Komunisme, walaupun tidak pernah bergabung
dengan Partai Komunis mana pun. Aktivitas politiknya saat itu justru
lebih tercurah untuk menentang kekuasaan Prancis di Aljazair.

Pada perang Prancis melawan pemberontakan di
Aljazair, Sartre menjadi pentolan utama FLN (Front de Liberation
Nationale/Front Pembebasan Nasional), Partai Sosialis di Aljazair
yang menentang penjajahan Prancis.

Dia juga menentang perang Vietnam dan bersama
filsuf Inggris Bertrand Russel, menggagas pengadilan untuk
mengekspos kejahatan Amerika Serikat (AS) di perang Vietnam.
Pengadilan itu kemudian dikenal sebagai Pengadilan Russel. Akan
tetapi, pengadilan itu hanya menyebabkan dampak yang sangat sedikit
terhadap AS.

Pada tahun 1960-an, Sartre mengunjungi Kuba untuk
bertemu dengan Fidel Castro dan Ernesto "Che" Guevara. Sartre sangat
terkesan atas Guevara yang berjiwa bebas. Suatu saat ketika Che
Guevara
diberitakan mati, Sartre mengatakan bahwa Che Guevara adalah
manusia yang paling komplit di zamannya.

Sartre juga terlibat dalam pemberontakan mahasiswa
Prancis atau yang dikenal dengan gerakan Paris 1968. Sartre ikut
ditangkap aparat keamanan Prancis saat itu, dengan tuduhan membuat
kekacauan sipil. Namun, penguasa Prancis saat itu Jenderal De Gaulle
membebaskannya.

Ateis

Sepanjang hidupnya, Sartre adalah seorang
eksistensialis dan seorang ateis sejati. Dia menolak untuk
mempercayai keberadaan Tuhan. Sebagian besar hidupnya, dia habiskan
untuk memadukan ide eksistensialis tentang keinginan bebas individu,
dengan ide Komunisme yang mengajarkan bahwa kekuatan sosio-ekonomi
yang melebihi kontrol individu memainkan peran penting dalam
kehidupan kita.

Ateisme menjadi dasar yang paling penting dalam
filosofi eksistensialis gaya Sartre. Akan tetapi, 1980 sebulan
sebelum dia meninggal, Sartre menyatakan ketertarikannya kepada
agama Yahudi. Namun, dia tetap menolak jika disebut telah menganut
Yahudi. Dia hanya tertarik pada nilai-nilai etis dan karakter
metafisik di dalam agama Yahudi. Dia menegaskan, saat dirinya
tertarik kepada agama Yahudi, dia tetap mempertahankan prinsipnya
untuk menolak ide tentang Tuhan.

Pada 1975, Sartre ditanya tentang seperti apa
dirinya ingin diingat. Sartre menjawab bahwa dia ingin orang
mengingat karyanya "Nausea", "No Exit", dan "The Devil and The Good
Lord." Setelah itu, dia ingin orang mengingat dua karya filosofinya,
terutama "Critique of Dialectical Reason," kemudian esainya "Sain
Genet."

"Kalau karya-karya saya itu diingat orang, hal itu
merupakan penghargaan dan saya tidak akan meminta lebih," katanya.

Dia mengatakan, sebagai manusia yang bernama Jean-
Paul Sartre
, dia ingin orang mengingat situasi sejarah, di mana dia
hidup dan bagaimana dia hidup di dalamnya.

Di akhir 1970-an, kondisi kesehatan Sartre
memburuk karena beban kerja yang berlebihan dan penggunaan
amphetamin. Jean-Paul Sartre meninggal di Paris 15 April 1980 karena
edema paru-paru. Dia dimakamkan di Cimetiere de Montparnasse di
Paris. Upacara pemakamannya dihadiri 50 ribu orang pelayat.

Tidak ada komentar: