Selasa, 06 November 2007

Catatan dari Nanchang (2)

Begitulah,akhirnya kami belanja untuk kebutuhan-kebutuhan kami di asrama.Setelah itu kami kembali ke asrama,kelelahan masih ada dalam tubuh kami, membereskan kamar dan mengatur sesuai selera kami.Kami beristirahat lagi malam itu dalam panasnya udara Nanchang.Tapi kami
menyalakan AC di kamar kami supaya kami bisa sedikit terbebas dari rasa panas yang sangat.

Kami belum ada kelas pada saat itu, selama seminggu tepatnya setelah kami berada di Nanchang. Esoknya kami kami tetap mengurus kebutuhan kami. Kami menyewa dispenser sekaligus membeli kupon untuk air minum, lalu juga mengurus kartu cuci baju.Kemudian membayar listrik untuk kamar kami. Hal-hal itulah yang kami lakukan setelah sampai di
Nanchang. Tentunya dengan penerjemah yang membantu kami.

Ketika kami sampai di Nanchang, tepatnya di kampus kami belajar, ternyata sdh ada anak Indonesia yang juga akan belajar. Mereka dikirim oleh semacam agen pendidikan dan hanya akan belajar bahasaselama satu tahun. Mulanya antara kami kurang begitu akrab dan cair,
namun seiring berjalannya waktu kami sudah begitu akrab sekarang.

MAKANAN DI NANCHANG

Dan memang kami harus beradaptasi dengan makanan di Tiongkok. Di Kampus kami ada 4 kantin bagi Mahasiswa. Kalau makan untuk memudahkan mahasiswa bisa mengisi kartu mahasiswanya dengan uang, lalu hanya menempelkan kartu tersebut pada semacam alat, sehingga secara otomatis akan berkurang sesuai harga makanan yg dimakan.

Kami, hingga saat sekarang terbiasa makan di kantin 3, karena berdekatan dengan asrama dimana kami tinggal. Kantin 3 tempat kami biasa makan, terdiri dari 3 lantai. Di lantai satu ada semacam tempat belanja, juga tempat membeli listrik, WC, tempat fotocopy, tempat cuci foto, toko cd dan penyewaan cd, makanan muslim,juga hamburger ala Tiongkok yang bernama Wallace. Khusus untuk makanan muslim, mie gorengnya menjadi salah satu menu favorit kami, sehingga terkadang kami makan di restoran muslim tersebut.Dilantai satu ini juga terdapat
"shitang" yang besar untuk makan dan akan terlihat sangat ramai pada jam makan siang atau malam.

Dilantai 2 terdapat tempat mengisi kartu untuk makan, juga internet, serta semacam toko swalayan, WC juga terdapat dilantai 2."Shitang" atau semacam aula tempat makan juga terdapat dilantai 2. Tapi tidakseramai lantai 1 atau lantai 3.

Nah, dilantai 3 terdapat Bioskop, WC juga ada, lalu tempat bernama Coffie Stories, semacam tempat untuk minum kopi,teh, juga ada makanan di dalamnya.Tempat yang enak untuk minum kopi dan ngobrol. Dilantai ini juga terdapat restoran ala Tiongkok tentunya dengan makanan khas Nanchang juga makanan ala Tiongkok.

Dilantai ini kami biasa makan waktu pertama kali datang, bahkan hingga sekarang kami tetap sering makan dilantai 3. Pertama kali makan kami sama sekali tidak tahu apa yang kami makan. Tunjuk sana, tunjuksini,coba makanan ini, makanan itu. Dan selama satu minggu kami makan makanan yang sama,ikan bakar, tahu,dan lain-lain dengan nasi putih. Itupun perlu adaptasi, karena juga ada yang sakit perut. Makanan memang menjadi sedikit persoalan saat kami datang. Namun sekarang sudah bisa beradaptasi dan perut memang mudah berkompromi kalau lapardengan berbagai jenis makanan.

Saya merasa seperti dalam film Lost In Translation pada waktu berada di Tiongkok pertama kali, sama sekali tidak mengerti bahasa yang dipakai untuk komunikasi. Saya merasa seperti Alien yang ada diTiongkok. Namun semuanya sudah menjadi lebih baik saat ini, kami sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Mandarin walau masih terbatas sesuai kemampuan kami. Namun belajar bahasa mandarin sangat menarik, halinilah yang saya rasakan dari hari ke hari. Semakin menarik walaususah, namun banyak hal yang membantu kami, sehingga kami cepat bisa berkomunikasi.

Nanchang, April 2006
Asrama 8 Kamar 220
Panji Prasetyo

Tidak ada komentar: